Menggali Potensi Diri Sendiri

Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menjelaskan tentang “Menggali Potensi Diri Sendiri”. Mungkin ada beberapa orang yang bisa dengan mudah menjelaskan tentang hal itu tapi bagi saya itu merupakan salah satu hal tersulit yang pernah saya alami. Kenapa saya bilang itu terlalu sulit untuk dijelaskan? Karena saya masih belum menemukan hal yang dapat saya jadi landasan untuk menggali potensi diri sendiri. Awalnya saya bingung saat akan membuat tulisan tentang ini yang menjadi salah satu tugas saya. Mungkin sampai saat ini saya juga masih bertanya-tanya tentang kemampuan yang bisa, hal apa saja yang saya kuasai. Karena ini mejadi salah satu tugas saya, disini saya ingin sedikit sharing mengenai pengalama saya selama ini dalam menggali potensi diri sendiri.

Saya akan menceritakan secara singkat tentang latar belakang keluarga saya. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara, memiliki seorang abang dan adik perempuan, ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga pada umumnya dan ayah saya sudah tidak bekerja lagi. Saya lahir diantara keluarga yang bisa dibilang cukup baik dilingkungan yang mungkin bagi saya kurang bagus, walaupun kadang saya tidak terlalu menanggapi hal-hal yang tidak baik diluar sana.

Di lingkungan keluarga saya, saya orang yang paling tertutup. Saya hanya menanggapi seseorang jika orang tersebut menyapa terlebih dahulu atau dia keliatan nya baik. Saat saya kecil, saya selalu bermain dengan tetangga, baik itu bermain petak umpet, hujan-hujanan sampai bermain bola. Awalnya saya tidak terlalu memandang siapa mereka, saya terbuka dengan orang lain hingga saat saya kelas 3 sd saat itu saya mulai mengerti lingkungan saya yang kurang bagus. Saat itu saya mulai menutup diri dari lingkungan luar. Saat saya masih senang dengan menutup diri dari lingkungan sekitar atau pun orang lain, kadang juga saya suka iri karena teman-teman saya banyak yang berprestasi. Akhir nya saya mulai membuka diri dengan lingkungan yang ada. Saat saya membuka diri untuk sekitar saya berpikir pasti tidak ada yang menarik yang bisa saya dapatkan tapi ternyata saya salah justru setelah saya membuka diri itu, saya mendapatkan informasi yang cukup banyak dan punya temen banyak lagi.

Pada awal masuk SMA, saya masih meragukan diri karena saya tidak bisa mendapatkan teman. Saat masih SD – SMP, saya bisa dengan mudahnya mendapatkan teman, baik itu teman untuk sekedar diajak bermain ataupun bercanda, teman yang bisa dibilang kurang baik sampai teman yang saya anggap dia sebagai sahabat saya. Saat di SMA, saya tidak bisa jauh dengan teman-teman saya saat masih SMP, karena ada bebearapa teman saya sekolah di SMA yang sama dengan saya. Saya selalu bersama dengan teman lama saya, entah itu saat istirahat maupun pulang sekolah, saya selalu bersama mereka, terkadang saya pulang sendiri karena ada suatu hal yang mengharuskan saya untuk pulang lebih awal dan tidak bisa bersama dengan mereka.

Tapi setelah beberapa bulan berlalu, saya bisa berteman dengan teman-teman yang baru. Saya mulai mengerti apa yang mereka bahas, saya mulai punya teman yang bisa diajak kerja sama dalam hal pelajaran bahkan saya juga punya beberapa teman yang pernah mengajarkan saya untuk bolos dari sekolah. Saat saya SMA, bisa dikatakan kalau saya mulai sedikit mengerti apa itu ‘kenakalan anak muda’.

Saya banyak berteman dekat dengan mereka yang sering disebut dengan anak ‘badung’ atau anak yang kurang baik. Kenapa saya mendekati mereka? Karena bagi saya, pengalaman mereka itu sebenarnya jauh lebih banyak dari pengalaman anak SMA yang bisa dikatakan anak yang baik di SMA. Saya berteman dengan mereka hingga ada saatnya kelulusan SMA dimana itu adalah hal terakhir yang menurut saya, tidak bisa menikmati masa-masa kelam anak SMA. Hingga akhirnya saya masuk ke universitas gunadarma ini. Saya masih menggunakan sifat saya yang lama yaitu tidak begtu mengenal dekat dengan mereka. Apalagi ini adalah hal pertama kalinya saya harus berkenalan dan beradaptasi dengan teman-teman baru yang sama sekali belum pernah saya kenal sebelumnya.

Setelah beberapa minggu masuk kuliah, saya baru menemukan teman yang menurut saya cukup bagus untuk saya dekati. Saya bisa berkumpul dengan mereka, membicarakan tentang sesuatu yang tidak baik dan bolos saat ada jadwal. Saya pernah menceritakan hal ini kepada sahabat saya. Tapi dengan begitu, saya bisa mengetahui arti kuliah yang sebenarnya dan kenapa saya dituntut harus kuliah yang benar.

Cerita diatas merupakan sedikit cerita dari pengalaman nyata yang saya alami dalam mengetahui potensi diri sendiri. Sebenarnya saya bercerita cukup panjang tapi saya belum menjelaskan sama sekali tentang potensi diri. Menurut saya, potensi diri adalah kemampuan seseorang yang tidak ketahui seutuhnya oleh orang tersebut dan mungkin masih terpendam serta menunggu untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Jika saya simpulkan dari sediki cerita yang saya tuliskan, potensi diri saya yaitu saya bisa keluar dari zona nyaman saya yaitu zona menutup diri dari orang lain dan menemui banyak orang dengan banyak pengalaman yang berbeda-beda. Saya juga bisa menemukan kekurangan dan kelebihan saya saat saya mendengarkan pengalaman-pengalaman dari teman saya dan mencoba untuk mengalami sendiri hal tersebut karena saya ingin tahu bagaimana rasanya jika saya diposisi seperti hal tersebut.

Bagi saya, potensi diri sendiri itu harus digali oleh orang yang bersangkutan. Kita tidak tahu pasti potensi apa yang kita miliki dan potensi apa yang dimilki oleh orang lain. Kita juga harus banyak mendengar kehidupan seseorang yang telah lebih dulu mengalami nya dan jika kita ingin coba, setidaknya kita tahu nanti apa terjadi jika kita melakukan kesalahan di bidang tersebut.

Itulah pengalaman saya secara singkat tentang kiat-kiat dalam menggali potensi diri sendiri. Mungkin pembaca dapat menambahkan ataupun bercerita tentang pengalaman hidupnya dalam menggali potensi diri sendiri. Semoga tulisan yang saya buat kali ini bisa bermanfaat untuk pembaca.

Komentar